KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkatrahmat dan hidayahnya akhirnya kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul ‘Sejarah Masuknya Islam ke Nusantara,Proses perkembangan islam di
nusantara,tradisi islam di nusantara,kedatangan dan penjajahan bangsa barat di
indonesia.
Berdasarkan sumber-sumber yang kami dapat dari luar maupun dari dalam, walaupun masih banyak kekurangan. Makalah
ini dimaksudkan untuk memberikan informasi mengenai sejarah masuknya islam ke
Indonesia Diharapkan bahwa makalah ini membantu pembaca untuk memahami dengan
lebih baik tentang sejarah masuknya islam ke indonesia. Kami menyadari bahwa
makalah ini belum sempurna, disebabkan karena terbatasnya kemampuan kami, oleh
karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami perlukan dari
pembaca terutama dari Bapak Dosen Bimbingan kami. Semoga buku ini bermanfaat bagi
kita semua.
MANADO, 27 OKTOBER 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sejak zaman pra sejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal
sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal masehi
sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan
berbagai daerah di daratan Asia Tenggara. Wilayah Barat Nusantara dan sekitar
Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama
karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang, dan menjadi
daerah lintasan penting antara Cina dan India. Sementara itu, pala dan cengkeh
yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual
kepada para pedagang asing. Pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatra dan Jawa
antara abad ke-1 dan ke-7 M sering disinggahi para pedagang asing seperti
Lamuri (Aceh), Barus, dan Palembang di Sumatra; Sunda Kelapa dan Gresik di
Jawa.
Bersamaan
dengan itu, datang pula para pedagang yang berasal dari Timur Tengah. Mereka
tidak hanya membeli dan menjajakan barang dagangan, tetapi ada juga yang
berupaya menyebarkan agama Islam. Dengan demikian, agama Islam telah ada di
Indonesia ini bersamaan dengan kehadiran para pedagang Arab tersebut. Meskipun
belum tersebar secara intensif ke seluruh wilayah Indonesia.
2 Tujuan
Makalah ini mempunyai tujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai proses perkembangan
islam di Indonesia bagi para pembaca. Disamping itu, makalah ini juga
bertujuan untuk memberikan informasi kepada para pembaca bahwa kami menjelaskan
sejarah perkembangan islam dan perkembangan pada masa yang akan datangnya.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI NUSANTARA
A.
Asal-usul masuknya
Islam di Nusantara
Risalah Islam dilanjutkan oleh Nabi Muhammad
s.a.w. di Jazirah Arab pada abad ke-7 masehi ketika Nabi Muhammad saw mendapat
wahyu dari Allah swt. Setelah kematian Rasullullah s.a.w. kerajaan Islam
berkembang hingga Samudra Atlantik dan Asia Tengah di Timur.
Namun, kemunculan kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan Umayyah, Abbasiyyah, Turki Seljuk, dan Kekhalifahan Ottoman, Kemaharajaan Mughal, India,dan Kesultanan Melaka telah menjadi kerajaaan yang besar di dunia. Banyak ahli-ahli sains, ahli-ahli filsafat dan sebagainya muncul dari negeri-negeri Islam terutama pada Zaman Emas Islam. Karena banyak kerajaan Islam yang menjadikan dirinya sekolah.
Namun, kemunculan kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan Umayyah, Abbasiyyah, Turki Seljuk, dan Kekhalifahan Ottoman, Kemaharajaan Mughal, India,dan Kesultanan Melaka telah menjadi kerajaaan yang besar di dunia. Banyak ahli-ahli sains, ahli-ahli filsafat dan sebagainya muncul dari negeri-negeri Islam terutama pada Zaman Emas Islam. Karena banyak kerajaan Islam yang menjadikan dirinya sekolah.
Di abad
ke-18 dan 19 masehi, banyak daerah Islam jatuh ke tangan Eropa. Setelah Perang
Dunia I, Kerajaan Ottoman, yaitu kekaisaran Islam terakhir tumbang. Jazirah
Arab sebelum kedatangan Islam merupakan sebuah kawasan yang dilewati oleh jalur
sutera. Kebanyakkan Bangsa Arab merupakan penyembah berhala dan sebagian
merupakan pengikut agama Kristen dan Yahudi. Mekah adalah tempat suci bagi
bangsa Arab ketika itu karana terdapat berhala-berhala mereka dan Telaga Zamzam
dan yang paling penting sekali serta Ka’bah yang didirikan Nabi Ibrahim beserta
Ismail.
Nabi
Muhammad saw. dilahirkan di Mekah pada Tahun Gajah yaitu 570 masehi. Ia
merupakan seorang anak yatim sesudah kedua orang tuanya meninggal dunia.
Muhammad akhirnya dibesarkan oleh pamannya, Abu Thalib. Muhammad menikah dengan
Siti Khadijah dan menjalani kehidupan yang bahagia. Namun, ketika Nabi Muhammad
saw. berusia 40 tahun, beliau didatangi Malaikat Jibril Sesudah beberapa waktu
Muhammad mengajar ajaran Islam secara tertutup kepada rekan-rekan terdekatnya,
yang dikenal sebagai “as-Sabiqun al-Awwalun(Orang-orang pertama yang memeluk
Islam)” dan seterusnya secara terbuka kepada seluruh penduduk
Mekah.
Pada tahun
622 masehi, Nabi Muhammad saw dan pengikutnya hijrah ke Madinah. Peristiwa lain
yang terjadi setelah hijrah adalah pembuatan kalender Hijirah. Penduduk Mekah
dan Madinah ikut berperang bersama Nabi Muhammad saw dengan hasil yang
baik walaupun ada di antaranya kaum Islam yang tewas. Lama kelamaan para
muslimin menjadi lebih kuat, dan berhasil menaklukkan Kota Mekah. Setelah Nabi
Muhammad s.a.w. wafat, seluruh Jazirah Arab di bawah penguasaan
Islam.
Agama islam
pertama masuk ke Indonesia melalui proses perdagangan, pendidikan, dll. Tokoh
penyebar islam adalah walisongo antara lain; Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan
Muria, Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan
Drajat, Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) (Sumber: wikipedia)
Pada tahun 30 Hijriah atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri ini sambil berdakwah.
Pada tahun 30 Hijriah atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri ini sambil berdakwah.
Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara
besar-besaran. Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara, adalah yang
pertama sekali menerima agama Islam. Bahkan di Aceh kerajaan Islam pertama di
Indonesia berdiri, yakni kerajaan Samudra Pasai. Berita dari Marcopolo
menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M,
telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu
Battuthah, pengembara Muslim dari Maghribi yang ketika singgah di Aceh tahun
746 H / 1345 M menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi’i. Adapun
peninggalan tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di
Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya
adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya
tertulis angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari.
Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan makam para
pedagang Arab.
B.
Teori Masuk dan Penyebaran Islam
Menurut para ahli sejarah, masuk dan
penyebaran islam di indonesia terdapat tiga teori, yaitu teori Gujarat, teori
Saudi, dan teori China. Yaitu :
1.
Menurut teori Gujarat. Islam masuk wilayah Indonesia dari anak benua India
seperti Gujarat, Bengali, dan Malabar. Menurut Snouck Hurgronje, Islam masuk
dari daerah Doccon di India, berdasarkan fenomena sosial bahwa ajaran tasawuf
yang dipraktikkan oleh orang-orang muslim di India bagian selatan mirip dengan
ajaran islam di Indonesia. Termasuk munculnya syi’ah di daerah Sumatera atau
Jawa, dugaan itu juga muncul dari dearah India. Sebab saat itu kerajaan islam
Deccon (salah satu kerjaan di India) telah memiliki hubungan baik dengan Iran
negeri pusat penyebaran paham Syi’ah.
2.
Menurut teori saudi. Pendapat yang menyatakan bahwa islamisasi di Indonesia
terjadi pada tahun 1111 atau abad ke 12 M. Pada saat itu orang-orang Aceh
dari Sumatera bagian barat laut memeluk islam atas ajakan seorang kebangsaan
Arab asli. Kemudian setelah masuk Islam mereka mendakwahkan islam khususnya di
daerah tersebut.
3.
Menurut teori China. Teori yang menyatakan bahwa masuknya islam di Indonesia
langsung dari Mekah atau Madinah. Menurut teori ini bahwa islam masuk ke
Indonesia sekitar abad 7 atau 8 M. Atau abad ke 2 H, yaitu pada masa Khulafaur
Rosyidin. Ekspedisi islam ke Indonesia dibawa langsung oleh para pedagang dari
Arab sejak awal abad hijriyah atau abad ke 7 M. Menurut sumber literatur Cina
pada awal abad ke 2 hijrah telah muncul perkampungan-perkampungan muslim Arab
dipesisir pantai Sumatera. Diperkampungan ini orang-orang muslim Arab bermukim
dan menikah dengan penduduk setempat serta membentuk komunitas-komunitas
muslim. Teori ini adalah yang paling kuat dan diterima para sejarahwan masa
kini.
C.
Sumber-sumber berita masuknya agama dan kebudayaan
islam di Indonesia
Sumber-sumber
luar negeri
Berita Arab : para pedagang arab
telah datang ke Indonesia sejak masa kerajaan sriwijaya (abad ke 7 M) yang
menguasai jalur pelayaran perdagangan di wilayah Indonesia bagian barat
termasuk selat malaka pada masa itu.
Berita Eropa : berita ini datangnya
dari Marco polo. Ketika suatu saat dia ditugaskan untuk mengantarkan puterinya
yang di persembahkan kepada kaisar romawi.
Berita India: berita ini menyebutkan
bahwa para pedagang india dari Gujarat mempunyai peranan penting dalam
penyebaran agama dan kebudayaan islam di indonesia.
Berita China: berita ini berhasil di
ketahui melalui catatan dari ma-huan, seorang penulis yang mengikuti perjalanan
laksamana cheng-ho. Ia menyatakan melalui tulisannya bahwa sejak kira-kira
tahun 1400 telah ada saudagar-saudagar islam yang bertempat tinggal di pantai
utara pulau jawa.
Sumber
dalam negri
1.
Penemuan sebuah batu di leran (dekat Gresik).batu bersurat itu memuat
keterangan tentang meninggalnya seorang perempuan bernama Fatimah binti Makmur
2.
Makam sultan Malikul Shaleh di Sumatra Utara yang meninggal pada bulan ramadha
tahun 676 H atau tahun 1297 M.
3.
Makam Syeikh Maulana Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 M.
Ajaran-ajaran
Islam diantaranya yaitu:
1.Islam mengajarkan toleransi terhadap
sesama manusia,saling menghormati dan tolong menolong.
2.Islam mengajarkan bahwa dihadapan
Allah, derajat semua manusia sama, kecuali takwanya.
3.Islam mengajarkan bahwa Allah adalah
Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Penyayang dan mengharamkan manusia
saling berselisih, bermusuhan,merusak, dan saling mendengki.
4.Islam mengajarkan agar manusia
menyembah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukannya serta senantiasa setiap
saat berbuat baik terhadap sesama manusia tanpa pilih kasih.
D.
Cara Masuknya Islam ke Indonesia
Islam
masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam
berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif
berkat kegigihan para ulama. Karena memang para ulama berpegang
teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256 yaitu:
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu
barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka
sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak
akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(Al-Baqarah: 256).
Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara lain :
1.Perdagangan
Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang dengan orang Arab.Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama dan pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia).Disamping mencari keuntungan duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam.Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan agama Islam.
2.Kultural
Artinya penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan Kali Jaga dengan pengembangan kesenian wayang.Ia mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang yang bertema Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan gamelannya.Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat Indonesia khususnya jawa sampai sekarang.Sedang Sunan Giri menciptakan banyak sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng dan lain-lain.
3.Pendidikan
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam pengembangan Islam di Indonesia.Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut.Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri.Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara.Dan sampai sekarang pesantren terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh Indonesia.
4.Kekuasaan Politik
Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari para Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah dan menjadi pelindung perkembangan Islam.Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam melindungi dakwah Islam di Nusantara.Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya negara nasional Indonesia dimasa mendatang.
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam pengembangan Islam di Indonesia.Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut.Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri.Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara.Dan sampai sekarang pesantren terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh Indonesia.
4.Kekuasaan Politik
Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari para Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah dan menjadi pelindung perkembangan Islam.Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam melindungi dakwah Islam di Nusantara.Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya negara nasional Indonesia dimasa mendatang.
E.
Perkembangan Masuknya Islam di Beberapa Wilayah
Indonesia
Perkembangan Islam di Indonesia berlangsung di beberapa tempat, yaitu Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Maliku, Irian Jaya, dan Nusa Tenggara.
a.Perkembangan Islam di Sumatera.
Pada pertengahan abad ke-13, di Sumatera telah berdiri kerajaan Islam Samudera Pasai yang merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia, kerajaan ini terletak di pesisir timur laut aceh yang sekarang merupakan wilayah Kabupaten Lhouksumawe. Samudera Pasai adalah sebuah kerajaan maritim, samudera pasai telah mengadakan hubungan dengan Sultan Delhi di India pada pelayaran kerajaan Samudra Pasai merupakan pusat studi agama Islam dan tempat berkumpulnya para ulama dari berbagai negara Islam.
b.Perkembangan Islam di Jawa
Perkembangan di Jawa tidak bisa dipisahkan dari peranan wali, jumlah wali yang terkenal sampai sekarang adalah sembilan, yang dalam bahasa dikenal dengan sebutan WALI SONGO. Para wali yang termasuk dalam wali songo adalah sebagai berikut :
a. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Maulana
malik ibrahim juga dikenal dengan panggilan Maulana Maghribi atau syekh
Magribi, karena berasal dari wilayah Maghribi, Afrika Utara. Kedatangannya
dianggap sebagai permulaan masuknya Islam di Jawa. Maulana Malik Ibrahim
menerapkan metode dakwah yang tepat untuk menarik simpati masyarakat terhadap
Islam.
b.
Sunan Ampel (Raden Rahmat)
Pada
awal penyiaran Islam di pulau Jawa, Sunan Ampel menginginkan masyarakat
menganut keyakinan Islam yang murni. Ia tidak setuju dengan kebiasaan
masyarakat Jawa, seperti kenduri, selamatan dan sesaji. Hal itu terlihat dari
persetujuannya ketika Sunan Kalijaga, dalam ocehannya menarik umat Hindhu dan
Budha mengusulkan agar adat istiadat Jawa itulah yang diberi warna Islam
c. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
c. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Dalam
menyebarkan agama Islam, ia selalu menyesuaikan diri dengan kebudayaan
masyarakat yang sangat menggemari wayang serta musik gamelan. Sunan Bonang
memusatkan kegiatan dakwahnya di Tuban. Dalam aktifitasnnya ia mengganti nama
dewa dengan nama-nama malaikat.
d.
Sunan Giri (Raden Paku atau ‘Ainul Yaqin)
Sunan Giri memulai aktifitas
dakwahnya didaerah Giri dan sekitarnya dengan mendirikan pesantren yang
santrinya kebanyakan berasal dari golongan masyarakat ekonomi lemah. Sunan Giri
terkenal sebagai pendidik yang berjiwa demokratis.
e.
Sunan Drajat (Raden Kasim)
Sunan Drajat juga tidak ketinggalan
untuk menciptakan tembang jawa yang sampai saat ini masih digemari masyarakat,
yaitu tembang pangkur. Hal yang paling menonjol dalam dakwah sunan drajat ialah
perhatiannya yang serius pada masalah-masalah sosial, ia selalu menekan bahwa
memberi pertolongan kepada masyarakat umum.
f.
Sunan Kalijaga (Raden Said)
Ketika para wali memutuskan untuk
menggunakan pendekatan kultural termasuk pemanfaatan wayang dan gamelan sebagai
media dakwah, orang yang paling berjasa dalam hal ini adalah Sunan Kalijaga.
Sunan Kalijaga mengarang aneka cerita wayang bernafaskan Islam terutama
mengenai etika.
g.
Sunan Kudus (Ja’far Shadiq)
Sunan
Kudus mengajarkan agama Islam didaerah Kudus dan sekitarnya, ia mempunyai
keahlian khusus dalam ilmu fiqih, urul fiqih, tauhid, hadits, tafsir dan
logika. Oleh karena itu ia mendapat julukan waliyyul ‘ilmi. Sunan Kudus juga
melaksanakan dakwah dengan pendekatan kultural.
c. Perkembangan Islam di Sulawesi
Masuknya islam di Sulawesi tidak terlepas dari
peranan Sunan Giri di Gresik. Hal itu karena Sunan Giri menyelenggarakan
pesantren yang banyak didatangi oleh santri dari luar Jawa, seperti ternate dan
hiu. Pada abad ke-16 di sulsel telah berdiri kerajaan hindhu gowa dan tallo.
Penduduknya banyak yang memeluk agama islam karena hubungannya dengan
kesultanan Ternate.
d. Perkembangan Islam di Kalimantan
Pada abad ke-16, islam mulai
memasuki kerajaan Sukadana. Dibagian selatan Kalimantan berdiri kerajaan islam
banjar pada sekitar tahun 1526. Panngeran Suriansyah merupakan tokoh yang amat
penting dalam sejarah islam di Kalimantan. Dalam usaha mengembangkan islam/
Syekh muhamad arsyad al-Banjari mendirikan pondok pesantren untuk menampung
santri yang datang dari berbagai pelosok Kalimantan. Pada masa berikutnya
muncul seorang pahlawan Kalimatan yang sangat berjasa dalam mengembangkan
islam. Ia adalah Sultan Amirudin Khalifatul Mukminin atau yang lebih dikenal
nama pangeran Antasari.
e. Perkembangan Islam di Maluku dan
Irian
Jaya Penyebaran islam di Maluku
tidak lepas dari jasa para santri Sunan Drajat yang berasal dari Ternate dan
Hitu. Di Maluku ada 4 kerajaan bersaudara yang berasal dari keturunan yang sama
yaitu Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo. Raja Tidore masuk islam dan mengganti
nama menjadi Sultan Jamalludin.
Demikian juga raja Jailolo, ia masuk isalm dan mengganti nama menjadi Sultan Hassanudin. Peran kesultanan Ternate dalam penyebaran islam baru dimulai pada masa Sultan Zaenal Abidin. Ia juga berhasil mengambangkan islam ke Maluku dan Irian Jaya bahkan sampai ke Filipina.
Demikian juga raja Jailolo, ia masuk isalm dan mengganti nama menjadi Sultan Hassanudin. Peran kesultanan Ternate dalam penyebaran islam baru dimulai pada masa Sultan Zaenal Abidin. Ia juga berhasil mengambangkan islam ke Maluku dan Irian Jaya bahkan sampai ke Filipina.
F.
Hikmah Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Setelah memahami bahwa perkembangan
Islam di Indonesia memiliki warna atau ciri yang khas dan memiliki karakter
tersendiri dalam penyebarannya, kita dapat mengambil hikmah, diantaranya
sebagai berikut :
1.Islam membawa ajaran yang berisi
kedamaian.
2.Penyebar ajaran Islam di Indonesia
adalah pribadi yang memiliki ketangguhan dan pekerja keras.
3.Terjadi akulturasi budaya antara
Islam dan kebudayaan lokal meskipun Islam tetap memiliki batasan dan secara
tegas tidak boleh bertentangan dengan ajaran dasar dalam Islam.
G. Manfaat dari Sejarah Perkembangan Islam di
Indonesia
Banyak manfaat yang dapat kita ambil
untuk dilestarikan diantaranya sebagai berikut :
1.
Kehadiran para pedagang Islam yang telah berdakwah dan memberikan pengajaran
Islam di bumi Nusantara turut memberikan nuansa baru bagi perkembangan
pemahaman atas suatu kepercayaan yang sudah ada di Nusantara ini.
2.
Hasil karaya para ulama yang berupa buku sangat berharga untuk dijadikan sumber
pengetahuan.
3.
Kita dapat meneladani Wali Songo
4.
Menjadikan masyarakat gemar membaca dan mempelajari Al-Qur’an.
5.
Mampu membangaun masjid sebagai tempat ibadah dalam berbagai bentuk atau
arsitektur hingga kee seluruh pelosok Nusantara.
6.
Mampu memanfaatkan peninggalan sejarah, termasuk situs-situs peninggalan para
ulama, baik berupa makam, masjid, maupun peninggalan sejarah lainnya.
7.
Seorang ulama atau ilmuwan dituntut oleh islam untuk mempraktikan tingkah laku
yang penuh keteladanan agar terus dilestarikan dan dijadikan panutan oleh
generasi berikutnya.
8.
Para ulama dan umara bersatu padu mengusir penjajah meskipun dengan
persenjataan yang tidak sebanding.
H. Peradaban Islam di Masa Depan
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
didalam Al-qur’an :
“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.” (QS At-Taubah : 33)
“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.” (QS At-Taubah : 33)
Janji telah diberikan oleh Allah Swt
melalui firman-Nya itu, bahwa Islam dengan kearifan dan kebijaksanaannya itu
mampu mengalahkan agama-agama lain. Namun tidak sedikit yang mengira bahwa
janji tersebut telah terwujud pada masa Nabi Salallahu Alaihi wa Salam , masa
Khulafaur-Rasyidin dan pada masa khalifah-khalifah sesudahnya yang bijaksana.
Padahal kenyataannya tidak demikian. Yang sudah terealisasi saat itu hanyalah
sebagian kecil dari janji di atas, sebagaimana diisyaratkan oleh Rasul
Salallahu Alaihi wa Salam melalui sabdanya yang artinya:
“Malam dan siang tidak akan sirna
sehingga Al-Latta dan Al-‘Uzza telah disembah. Lalu Aisyah bertanya: “Wahai
Rasul, sungguh aku mengira bahwa takkala Allah menurunkan firman-Nya “Dialah
yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama
yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang
musyrikin tidak menyukai, hal itu telah sempurna (realisasinya).”Belau
menjawab: “Hal itu akan terealisasi pada saat yang ditentukan oleh Allah.”
[Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam-Imam yang lain]
Dari hadits diatas tidak diragukan
lagi bahwa kemenangan Islam di masa depan semata-mata atas izin pertolongan
dari Allah Swt, dengan catatan harus tetap kita perjuangkan. Perjuangan dapat
dilakukan dengan cara berjihad. Namun maksud jihad disini bukanlah peperangan
atau pembunuhan massal pada kaum non muslim. Tapi melainkan dengan cara
meningkatkan mutu pendidikan yang canggih namun tidak keluar dari nilai-nilai
ajaran islam.
Sudah
menjadi pemahaman bahwa kemenangan yang diraih dunia Barat dari umat Islam
ketika sedang dalam keadaan lemah dan kondisi yang rapuh seperti saat ini,
bukanlah disebabkan oleh kekuatan mereka semata, bukan pula karena kelemahan
umat Islam. Tetapi semua itu disebabkan buruknya pola berpikir dan rendahnya
tingkat pengetahuan umat Islam tentang Dienul Islam itu sendiri.Masa depan
dunia Islam tergantung pada tindakan yang diambil umat Islam sekarang ini. Jika
umat Islam telah terlalu jauh dan berpaling dari agama mereka maka mereka akan
jatuh pada musibah ketertindasan dan keterjajahan.
Oleh karena itu umat Islam harus
menyadari bahwa hanya dengan kembali kepada Islam, umat Islam akan dapat meraih
kembali kemuliaan, lepas dari segala bentuk penjajahan yang selama ini
membelenggu. Tiada lain jalan yang ditempuh selain kembali kepada Islam sesuai
pemahaman para Shahabat dan Salafussholih. Mengikuti apa yang telah dicontohkan
Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin dalam melaksanakan syariat Islam baik
dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan bernegara.
Seperti yang telah Allah SWT umpamakan
dalam surat Ibrahim 14: ayat 24-26 yaitu ;
“Tidakkah kamu perhatikan
bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti
pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu
memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan
perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut
dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.”
(QS. Ibrahim [14]: 24-26).
Allah telah menjanjikan kejayaan
Islam di masa yang akan datang cepat atau lambat, pilihan umat Islam saat ini
adalah apakah ikut turut andil ataukah tidak? Jika ikut turut andil menuju
kejayaan dan kebangkitan peradaban Islam maka akan menjadi golongan orang-orang
yang beruntung, mendapatkan pahala yang amat besar. Namun sebaliknya, jika
hanya diam, duduk manis menonton, mengikuti arus dunia, individualis, acuh tak
acuh terhadap kondisi umat, dan enggan berjuang di JalanNya karena lebih
mencintai dunia dari pada cinta kepada Allah dan Rasul maka tunggulah keputusan
Allah.
Maka dari
itu untuk mewujudkan kemenangan peradaban islam di masa depan yaitu dengan
mengerahkan segala bentuk upaya memaksimalkan potensi yang dimiliki. Di antara
potensi yang dimiliki umat yaitu berupa masjid dan kaum intelektual. Tanpa
menafikkan potensi lain, masjid dan kaum intelektual berperan besar di dalam
upaya mewujudkan kemenangan peradaban islam di masa depan. Inilah yang
dicontohkan para ulama, mereka memaksimalkan potensi dalam membangun peradaban
Islam yang jaya.
2. PROSES PERKEMBANGAN ISLAM DIN NUSANTARA
A. Sejarah Lahirnya Islam Di Indonesia
Islam merupakan salah satu agama besar di dunia saat ini. Agama ini lahir dan berkembang di Tanah Arab. Pendirinya ialah Muhammad. Agama ini lahir salah satunya sebagai reaksi atas rendahnya moral manusia pada saat itu. Manusia pada saat itu hidup dalam keadaan moral yang rendah dan kebodohan (jahiliah). Mereka sudah tidak lagi mengindahkan ajaran-ajaran nabi-nabi sebelumnya. Hal itu menyebabkan manusia berada pada titik terendah. Penyembahan berhala, pembunuhan, perzinahan, dan tindakan rendah lainnya merajalela.
Islam mulai disiarkan sekitar tahun 612 di Mekkah. Karena penyebaran agama baru ini mendapat tantangan dari lingkungannya, Muhammad kemudian pindah (hijrah) ke Madinah pada tahun 622. Dari sinilah Islam berkembang ke seluruh dunia.
Muhammad mendirikan wilayah kekuasaannya di Madinah. Pemerintahannya didasarkan pada pemerintahan Islam. Muhammad kemudian berusaha menyebarluaskan Islam dengan memperluas wilayahnya.
Setelah Muhammad wafat pada tahun 632, proses menyebarluaskan Islam dilanjutkan oleh para kalifah yang ditunjuk Muhammad. Sampai tahun 750, wilayah Islam telah meliputi Jazirah Arab, Palestina, Afrika Utara, Irak, Suriah, Persia, Mesir, Sisilia, Spanyol, Asia Kecil, Rusia, Afganistan, dan daerah-daerah di Asia Tengah. Pada masa ini yang memerintah ialah Bani Umayyah dengan ibu kota Damaskus.
Pada tahun 750, Bani Umayyah dikalahkan oleh Bani Abbasiyah yang kemudian memerintah sampai tahun 1258 dengan ibu kota di Baghdad. Pada masa ini, tidak banyak dilakukan perluasan wilayah kekuasaan. Konsentrasi lebih pada pengembangan ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan peradaban Islam. Baghdad menjadi pusat perdagangan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Setelah pemerintahan Bani Abbasiyah, kekuasaan Islam terpecah. Perpecahan ini mengakibatkan banyak wilayah yang memisahkan diri. Akibatnya, penyebaran Islam dilakukan secara perorangan. Agama ini dapat berkembang dengan cepat karena Islam mengatur hubungan manusia dan TUHAN. Islam disebarluaskan tanpa paksaan kepada setiap orang untuk memeluknya.
B. Proses Masuk dan Berkembangnya Agama Islam di Indonesia
Sejarah mencatat bahwa kaum pedagang memegang peranan penting dalam persebaran agama dan kebudayaan Islam. Letak Indonesia yang strategis menyebabkan timbulnya bandarbandar perdagangan yang turut membantu mempercepat persebaran tersebut. Di samping itu, cara lain yang turut berperan ialah melalui dakwah yang dilakukan para mubaligh.
3.2.1 Peranan Kaum Pedagang
Seperti halnya penyebaran agama Hindu-Buddha, kaum pedagang memegang peranan penting dalam proses penyebaran agama Islam, baik pedagang dari luar Indonesia maupun para pedagang Indonesia.
Para pedagang itu datang dan berdagang di pusat-pusat perdagangan di daerah pesisir. Malaka merupakan pusat transit para pedagang. Di samping itu, bandar-bandar di sekitar Malaka seperti Perlak dan Samudra Pasai juga didatangi para pedagang.
Mereka tinggal di tempat-tempat tersebut dalam waktu yang lama, untuk menunggu datangnya angin musim. Pada saat menunggu inilah, terjadi pembauran antarpedagang dari berbagai bangsa serta antara pedagang dan penduduk setempat. Terjadilah kegiatan saling memperkenalkan adat-istiadat, budaya bahkan agama. Bukan hanya melakukan perdagangan, bahkan juga terjadi asimilasi melalui perkawinan.
Di antara para pedagang tersebut, terdapat pedagang Arab, Persia, dan Gujarat yang umumnya beragama Islam. Mereka mengenalkan agama dan budaya Islam kepada para pedagang lain maupun kepada penduduk setempat. Maka, mulailah ada penduduk Indonesia yang memeluk agama Islam. Lama-kelamaan penganut agama Islam makin banyak. Bahkan kemudian berkembang perkampungan para pedagang Islam di daerah pesisir.
Penduduk setempat yang telah memeluk agama Islam kemudian menyebarkan Islam kepada sesama pedagang, juga kepada sanak familinya. Akhirnya, Islam mulai berkembang di masyarakat Indonesia. Di samping itu para pedagang dan pelayar tersebut juga ada yang menikah dengan penduduk setempat sehingga lahirlah keluarga dan anak-anak yang Islam.
Hal ini berlangsung terus selama bertahun-tahun sehingga akhirnya muncul sebuah komunitas Islam, yang setelah kuat akhirnya membentuk sebuah pemerintahaan Islam. Dari situlah lahir kesultanan-kesultanan Islam di Nusantara.
3.2.2 Peranan Bandar-Bandar di Indonesia
Bandar merupakan tempat berlabuh kapal-kapal atau persinggahan kapal-kapal dagang. Bandar juga merupakan pusat perdagangan, bahkan juga digunakan sebagai tempat tinggal para pengusaha perkapalan. Sebagai negara kepulauan yang terletak pada jalur perdagangan internasional, Indonesia memiliki banyak bandar. Bandar-bandar ini memiliki peranan dan arti yang penting dalam proses masuknya Islam ke Indonesia.
Di bandar-bandar inilah para pedagang beragama Islam memperkenalkan Islam kepada para pedagang lain ataupun kepada penduduk setempat. Dengan demikian, bandar menjadi pintu masuk dan pusat penyebaran agama Islam ke Indonesia. Kalau kita lihat letak geografis kota-kota pusat kerajaan yang bercorak Islam pada umunya terletak di pesisir-pesisir dan muara sungai.
Dalam perkembangannya, bandar-bandar tersebut umumnya tumbuh menjadi kota bahkan ada yang menjadi kerajaan, seperti Perlak, Samudra Pasai, Palembang, Banten, Sunda Kelapa, Cirebon, Demak, Jepara, Tuban, Gresik, Banjarmasin, Gowa, Ternate, dan Tidore. Banyak pemimpin bandar yang memeluk agama Islam. Akibatnya, rakyatnya pun kemudian banyak memeluk agama Islam.
Peranan bandar-bandar sebagai pusat perdagangan dapat kita lihat jejaknya. Para pedagang di dalam kota mempunyai perkampungan sendiri-sendiri yang penempatannya ditentukan atas persetujuan dari penguasa kota tersebut, misalnya di Aceh, terdapat perkampungan orang Portugis, Benggalu Cina, Gujarat, Arab, dan Pegu.
Begitu juga di Banten dan kota-kota pasar kerajaan lainnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kota-kota pada masa pertumbuhan dan perkembangan Islam memiliki ciri-ciri yang hampir sama antara lain letaknya di pesisir, ada pasar, ada masjid, ada perkampungan, dan ada tempat para penguasa (sultan).
3.2.3 Peranan Para Wali dan Ulama
Salah satu cara penyebaran agama Islam ialah dengan cara mendakwah. Di samping sebagai pedagang, para pedagang Islam juga berperan sebagai mubaligh. Ada juga para mubaligh yang datang bersama pedagang dengan misi agamanya. Penyebaran Islam melalui dakwah ini berjalan dengan cara para ulama mendatangi masyarakat objek dakwah, dengan menggunakan pendekatan sosial budaya. Pola ini memakai bentuk akulturasi, yaitu menggunakan jenis budaya setempat yang dialiri dengan ajaran Islam di dalamnya. Di samping itu, para ulama ini juga mendirikan pesantren-pesantren sebagai sarana pendidikan Islam.
Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan oleh Walisongo (9 wali). Wali ialah orang yang sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah. Para wali ini dekat dengan kalangan istana. Merekalah orang yang memberikan pengesahan atas sah tidaknya seseorang naik tahta. Mereka juga adalah penasihat sultan.
Karena dekat dengan kalangan istana, mereka kemudian diberi gelar sunan atau susuhunan (yang dijunjung tinggi). Kesembilan wali tersebut adalah seperti berikut :
a. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Beliau dikenal juga dengan sebutan Syeikh Magribi. Ia dianggap pelopor penyebaran Islam di Jawa. Beliau juga ahli pertanian, ahli tata negara dan sebagai perintis lembaga pendidikan pesantren. Wafat tahun 1419 M.(882 H) dimakamkan di Gapura Wetan Gresik
b. Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)
Dilahirkan di Aceh tahun 1401 M. Ayahnya orang Arab dan ibunya orang Cempa, ia sebagai mufti dalam mengajarkan Islam tak kenal kompromi dengan budaya lokal. Wejangan terkenalnya Mo Limo yang artinya menolak mencuri, mabuk, main wanita, judi dan madat, yang marak dimasa Majapahit. Beliau wafat di desa Ampel tahun 1481 M.
Jasa-jasa Sunan Ampel :
1) Mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya. Dari pesantren ini lahir para mubalig kenamaan seperti : Raden Paku (Sunan Giri), Raden Fatah (Sultan Demak pertama), Raden Makhdum (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat) dan Maulana Ishak yang pernah diutus untuk menyiarkan Islam ke daerah Blambangan.
2) Berperan aktif dalam membangun Masjid Agung Demak yang dibangun pada tahun 1479 M.
3) Mempelopori berdirinya kerajaan Islam Demak dan ikut menobatkan Raden Patah sebagai Sultan pertama.
c. Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku)
Ia putra Syeikh Yakub bin Maulana Ishak. Ia sebagai ahli fiqih dan menguasai ilmu Falak. Dimasa menjelang keruntuhan Majapahit, ia dipercaya sebagai raja peralihan sebelum Raden Patah naik menjadi Sultan Demak. Ketika Sunan Ampel wafat, ia menggantikannya sebagai mufti tanah Jawa.
d. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Putra Sunan Ampel lahir tahun 1465. Sempat menimba ilmu ke Pasai bersama-sama Raden Paku. Beliaulah yang mendidik Raden Patah. Beliau wafat tahun 1515 M.
e. Sunan Kalijaga (Raden Syahid)
Ia tercatat paling banyak menghasilkan karya seni berfalsafah Islam. Ia membuat wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang diislamkan. Sunan Giri sempat menentangnya, karena wayang Beber kala itu menggambarkan gambar manusia utuh yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kalijaga mengkreasi wayang kulit yang bentuknya jauh dari manusia utuh. Ini adalah sebuah usaha ijtihad di bidang fiqih yang dilakukannya dalam rangka dakwah Islam.
f. Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan Bonang). Dakwah beliau terutama dalam bidang sosial. Beliau juga mengkader para da’i yang berdatangan dari berbagai daerah, antara lain dari Ternate dan Hitu Ambon.
g. Syarif Hidayatullah
Nama lainnya adalah Sunan Gunung Jati yang kerap kali dirancukan dengan Fatahillah, yang menantunya sendiri. Ia memiliki keSultanan sendiri di Cirebon yang wilayahnya sampai ke Banten. Ia juga salah satu pembuat sokoguru masjid Demak selain Sunan Ampel, Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang. Keberadaan Syarif Hidayatullah dengan kesultanannya membuktikan ada tiga kekuasaan Islam yang hidup bersamaan kala itu, yaitu Demak, Giri dan Cirebon. Hanya saja Demak dijadikan pusat dakwah, pusat studi Islam sekaligus kontrol politik para wali.
h. Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan abad ke 15 dan wafat tahun 1550 M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan Islam di daerah kudus dan sekitarnya. Ia membangun masjid menara Kudus yang sangat terkenal dan merupakan salah satu warisan budaya Nusantara.
i. Sunan Muria
Nama aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said putra Sunan Kalijaga. Beliau menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana gamelan, wayang serta kesenian daerah lainnya. Beliau dimakamkan di Gunung Muria, disebelah utara kota Kudus.
Diparuh awal abad 16 M, Jawa dalam genggaman Islam. Penduduk merasa tentram dan damai dalam ayoman keSultanan Demak di bawah kepemimpinan Sultan Syah Alam Akbar Al Fatah atau Raden Patah. Hidup mereka menemukan pedoman dan tujuan sejatinya setelah mengakhiri masa Siwa-Budha serta animisme. Merekapun memiliki kepastian hidup bukan karena wibawa dan perbawa sang Sultan, tetapi karena daulah hukum yang pasti yaitu syari’at Islam “Salokantara” dan “Jugul Muda” itulah dua kitab undang-undang Demak yang berlandaskan syari’at Islam. Dihadapan peraturan negeri pengganti Majapahit itu, semua manusia sama derajatnya, sama-sama khalifah Allah di dunia. Sultan-Sultan Demak sadar dan ikhlas dikontrol oleh kekuasaan para Ulama atau Wali. Para Ulama itu berperan sebagai tim kabinet atau merangkap sebagai dewan penasehat Sultan.
Disamping wali-wali tersebut, masih banyak Ulama yang dakwahnya satu kordinasi dengan Sunan Ampel hanya saja, sembilan tokoh Sunan Wali Sanga yang dikenal selama ini memang memiliki peran dan karya yang menonjol dalam dakwahnya.
C. Kapan dan dari mana Islam Masuk Indonesia ?
Sejarah mencatat bahwa sejak awal Masehi, pedagang-pedagang dari India dan Cina sudah memiliki hubungan dagang dengan penduduk Indonesia. Namun demikian, kapan tepatnya Islam hadir di Nusantara?
Masuknya Islam ke Indonesia menimbulkan berbagai teori. Meski terdapat beberapa pendapat mengenai kedatangan agama Islam di Indonesia, banyak ahli sejarah cenderung percaya bahwa masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke-7 berdasarkan Berita Cina zaman Dinasti Tang. Berita itu mencatat bahwa pada abad ke-7, terdapat permukiman pedagang muslim dari Arab di Desa Baros, daerah pantai barat Sumatra Utara.
Abad ke-13 Masehi lebih menunjuk pada perkembangan Islam bersamaan dengan tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Pendapat ini berdasarkan catatan perjalanan Marco Polo yang menerangkan bahwa ia pernah singgah di Perlak pada tahun 1292 dan berjumpa dengan orang-orang yang telah menganut agama Islam. Bukti yang turut memperkuat pendapat ini ialah ditemukannya nisan makam Raja Samudra Pasai, Sultan Malik al-Saleh yang berangka tahun 1297.
Jika diurutkan dari barat ke timur, Islam pertama kali masuk di Perlak, bagian utara Sumatra. Hal ini menyangkut strategisnya letak Perlak, yaitu di daerah Selat Malaka, jalur laut perdagangan internasional dari barat ke timur. Berikutnya ialah Kerajaan Samudra Pasai.
Di Jawa, Islam masuk melalui pesisir utara Pulau Jawa ditandai dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang wafat pada tahun 475 Hijriah atau 1082 Masehi di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik. Dilihat dari namanya, diperkirakan Fatimah adalah keturunan Hibatullah, salah satu dinasti di Persia. Di samping itu, di Gresik juga ditemukan makam Malik Ibrahim dari Kasyan (satu tempat di Persia) yang meninggal pada tahun 822 H atau 1419 M. Agak ke pedalaman, di Mojokerto juga ditemukan ratusan kubur Islam kuno. Makam tertua berangka tahun 1374 M. Diperkirakan makam-makam ini ialah makam keluarga istana Majapahit.
Di Kalimantan, Islam masuk melalui Pontianak yang disiarkan oleh bangsawan Arab bernama Sultan Syarif Abdurrahman pada abad ke-18. Di hulu Sungai Pawan, di Ketapang, Kalimantan Barat ditemukan pemakaman Islam kuno. Angka tahun yang tertua pada makam-makam tersebut adalah tahun 1340 Saka (1418 M). Jadi, Islam telah ada sebelum abad ke-15 dan diperkirakan berasal dari Majapahit karena bentuk makam bergaya Majapahit dan berangka tahun Jawa kuno. Di Kalimantan Timur, Islam masuk melalui Kerajaan Kutai yang dibawa oleh dua orang penyiar agama dari Minangkabau yang bernama Tuan Haji Bandang dan Tuan Haji Tunggangparangan. Di Kalimantan Selatan, Islam masuk melalui Kerajaan Banjar yang disiarkan oleh Dayyan, seorang khatib (ahli khotbah) dari Demak. Di Kalimantan Tengah, bukti kedatangan Islam ditemukan pada masjid Ki Gede di Kotawaringin yang bertuliskan angka tahun 1434 M.
Di Sulawesi, Islam masuk melalui raja dan masyarakat Gowa-Tallo. Hal masuknya Islam ke Sulawesi ini tercatat pada Lontara Bilang. Menurut catatan tersebut, raja pertama yang memeluk Islam ialah Kanjeng Matoaya, raja keempat dari Tallo yang memeluk Islam pada tahun 1603. Adapun penyiar agama Islam di daerah ini berasal antara lain dari Demak, Tuban, Gresik, Minangkabau, bahkan dari Campa. Di Maluku, Islam masuk melalui bagian utara, yakni Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Diperkirakan Islam di daerah ini disiarkan oleh keempat ulama dari Irak, yaitu Syekh Amin, Syekh Mansyur, Syekh Umar, dan Syekh Yakub pada abad ke-8.
A. Sejarah Lahirnya Islam Di Indonesia
Islam merupakan salah satu agama besar di dunia saat ini. Agama ini lahir dan berkembang di Tanah Arab. Pendirinya ialah Muhammad. Agama ini lahir salah satunya sebagai reaksi atas rendahnya moral manusia pada saat itu. Manusia pada saat itu hidup dalam keadaan moral yang rendah dan kebodohan (jahiliah). Mereka sudah tidak lagi mengindahkan ajaran-ajaran nabi-nabi sebelumnya. Hal itu menyebabkan manusia berada pada titik terendah. Penyembahan berhala, pembunuhan, perzinahan, dan tindakan rendah lainnya merajalela.
Islam mulai disiarkan sekitar tahun 612 di Mekkah. Karena penyebaran agama baru ini mendapat tantangan dari lingkungannya, Muhammad kemudian pindah (hijrah) ke Madinah pada tahun 622. Dari sinilah Islam berkembang ke seluruh dunia.
Muhammad mendirikan wilayah kekuasaannya di Madinah. Pemerintahannya didasarkan pada pemerintahan Islam. Muhammad kemudian berusaha menyebarluaskan Islam dengan memperluas wilayahnya.
Setelah Muhammad wafat pada tahun 632, proses menyebarluaskan Islam dilanjutkan oleh para kalifah yang ditunjuk Muhammad. Sampai tahun 750, wilayah Islam telah meliputi Jazirah Arab, Palestina, Afrika Utara, Irak, Suriah, Persia, Mesir, Sisilia, Spanyol, Asia Kecil, Rusia, Afganistan, dan daerah-daerah di Asia Tengah. Pada masa ini yang memerintah ialah Bani Umayyah dengan ibu kota Damaskus.
Pada tahun 750, Bani Umayyah dikalahkan oleh Bani Abbasiyah yang kemudian memerintah sampai tahun 1258 dengan ibu kota di Baghdad. Pada masa ini, tidak banyak dilakukan perluasan wilayah kekuasaan. Konsentrasi lebih pada pengembangan ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan peradaban Islam. Baghdad menjadi pusat perdagangan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Setelah pemerintahan Bani Abbasiyah, kekuasaan Islam terpecah. Perpecahan ini mengakibatkan banyak wilayah yang memisahkan diri. Akibatnya, penyebaran Islam dilakukan secara perorangan. Agama ini dapat berkembang dengan cepat karena Islam mengatur hubungan manusia dan TUHAN. Islam disebarluaskan tanpa paksaan kepada setiap orang untuk memeluknya.
B. Proses Masuk dan Berkembangnya Agama Islam di Indonesia
Sejarah mencatat bahwa kaum pedagang memegang peranan penting dalam persebaran agama dan kebudayaan Islam. Letak Indonesia yang strategis menyebabkan timbulnya bandarbandar perdagangan yang turut membantu mempercepat persebaran tersebut. Di samping itu, cara lain yang turut berperan ialah melalui dakwah yang dilakukan para mubaligh.
3.2.1 Peranan Kaum Pedagang
Seperti halnya penyebaran agama Hindu-Buddha, kaum pedagang memegang peranan penting dalam proses penyebaran agama Islam, baik pedagang dari luar Indonesia maupun para pedagang Indonesia.
Para pedagang itu datang dan berdagang di pusat-pusat perdagangan di daerah pesisir. Malaka merupakan pusat transit para pedagang. Di samping itu, bandar-bandar di sekitar Malaka seperti Perlak dan Samudra Pasai juga didatangi para pedagang.
Mereka tinggal di tempat-tempat tersebut dalam waktu yang lama, untuk menunggu datangnya angin musim. Pada saat menunggu inilah, terjadi pembauran antarpedagang dari berbagai bangsa serta antara pedagang dan penduduk setempat. Terjadilah kegiatan saling memperkenalkan adat-istiadat, budaya bahkan agama. Bukan hanya melakukan perdagangan, bahkan juga terjadi asimilasi melalui perkawinan.
Di antara para pedagang tersebut, terdapat pedagang Arab, Persia, dan Gujarat yang umumnya beragama Islam. Mereka mengenalkan agama dan budaya Islam kepada para pedagang lain maupun kepada penduduk setempat. Maka, mulailah ada penduduk Indonesia yang memeluk agama Islam. Lama-kelamaan penganut agama Islam makin banyak. Bahkan kemudian berkembang perkampungan para pedagang Islam di daerah pesisir.
Penduduk setempat yang telah memeluk agama Islam kemudian menyebarkan Islam kepada sesama pedagang, juga kepada sanak familinya. Akhirnya, Islam mulai berkembang di masyarakat Indonesia. Di samping itu para pedagang dan pelayar tersebut juga ada yang menikah dengan penduduk setempat sehingga lahirlah keluarga dan anak-anak yang Islam.
Hal ini berlangsung terus selama bertahun-tahun sehingga akhirnya muncul sebuah komunitas Islam, yang setelah kuat akhirnya membentuk sebuah pemerintahaan Islam. Dari situlah lahir kesultanan-kesultanan Islam di Nusantara.
3.2.2 Peranan Bandar-Bandar di Indonesia
Bandar merupakan tempat berlabuh kapal-kapal atau persinggahan kapal-kapal dagang. Bandar juga merupakan pusat perdagangan, bahkan juga digunakan sebagai tempat tinggal para pengusaha perkapalan. Sebagai negara kepulauan yang terletak pada jalur perdagangan internasional, Indonesia memiliki banyak bandar. Bandar-bandar ini memiliki peranan dan arti yang penting dalam proses masuknya Islam ke Indonesia.
Di bandar-bandar inilah para pedagang beragama Islam memperkenalkan Islam kepada para pedagang lain ataupun kepada penduduk setempat. Dengan demikian, bandar menjadi pintu masuk dan pusat penyebaran agama Islam ke Indonesia. Kalau kita lihat letak geografis kota-kota pusat kerajaan yang bercorak Islam pada umunya terletak di pesisir-pesisir dan muara sungai.
Dalam perkembangannya, bandar-bandar tersebut umumnya tumbuh menjadi kota bahkan ada yang menjadi kerajaan, seperti Perlak, Samudra Pasai, Palembang, Banten, Sunda Kelapa, Cirebon, Demak, Jepara, Tuban, Gresik, Banjarmasin, Gowa, Ternate, dan Tidore. Banyak pemimpin bandar yang memeluk agama Islam. Akibatnya, rakyatnya pun kemudian banyak memeluk agama Islam.
Peranan bandar-bandar sebagai pusat perdagangan dapat kita lihat jejaknya. Para pedagang di dalam kota mempunyai perkampungan sendiri-sendiri yang penempatannya ditentukan atas persetujuan dari penguasa kota tersebut, misalnya di Aceh, terdapat perkampungan orang Portugis, Benggalu Cina, Gujarat, Arab, dan Pegu.
Begitu juga di Banten dan kota-kota pasar kerajaan lainnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kota-kota pada masa pertumbuhan dan perkembangan Islam memiliki ciri-ciri yang hampir sama antara lain letaknya di pesisir, ada pasar, ada masjid, ada perkampungan, dan ada tempat para penguasa (sultan).
3.2.3 Peranan Para Wali dan Ulama
Salah satu cara penyebaran agama Islam ialah dengan cara mendakwah. Di samping sebagai pedagang, para pedagang Islam juga berperan sebagai mubaligh. Ada juga para mubaligh yang datang bersama pedagang dengan misi agamanya. Penyebaran Islam melalui dakwah ini berjalan dengan cara para ulama mendatangi masyarakat objek dakwah, dengan menggunakan pendekatan sosial budaya. Pola ini memakai bentuk akulturasi, yaitu menggunakan jenis budaya setempat yang dialiri dengan ajaran Islam di dalamnya. Di samping itu, para ulama ini juga mendirikan pesantren-pesantren sebagai sarana pendidikan Islam.
Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan oleh Walisongo (9 wali). Wali ialah orang yang sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah. Para wali ini dekat dengan kalangan istana. Merekalah orang yang memberikan pengesahan atas sah tidaknya seseorang naik tahta. Mereka juga adalah penasihat sultan.
Karena dekat dengan kalangan istana, mereka kemudian diberi gelar sunan atau susuhunan (yang dijunjung tinggi). Kesembilan wali tersebut adalah seperti berikut :
a. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Beliau dikenal juga dengan sebutan Syeikh Magribi. Ia dianggap pelopor penyebaran Islam di Jawa. Beliau juga ahli pertanian, ahli tata negara dan sebagai perintis lembaga pendidikan pesantren. Wafat tahun 1419 M.(882 H) dimakamkan di Gapura Wetan Gresik
b. Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)
Dilahirkan di Aceh tahun 1401 M. Ayahnya orang Arab dan ibunya orang Cempa, ia sebagai mufti dalam mengajarkan Islam tak kenal kompromi dengan budaya lokal. Wejangan terkenalnya Mo Limo yang artinya menolak mencuri, mabuk, main wanita, judi dan madat, yang marak dimasa Majapahit. Beliau wafat di desa Ampel tahun 1481 M.
Jasa-jasa Sunan Ampel :
1) Mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya. Dari pesantren ini lahir para mubalig kenamaan seperti : Raden Paku (Sunan Giri), Raden Fatah (Sultan Demak pertama), Raden Makhdum (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat) dan Maulana Ishak yang pernah diutus untuk menyiarkan Islam ke daerah Blambangan.
2) Berperan aktif dalam membangun Masjid Agung Demak yang dibangun pada tahun 1479 M.
3) Mempelopori berdirinya kerajaan Islam Demak dan ikut menobatkan Raden Patah sebagai Sultan pertama.
c. Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku)
Ia putra Syeikh Yakub bin Maulana Ishak. Ia sebagai ahli fiqih dan menguasai ilmu Falak. Dimasa menjelang keruntuhan Majapahit, ia dipercaya sebagai raja peralihan sebelum Raden Patah naik menjadi Sultan Demak. Ketika Sunan Ampel wafat, ia menggantikannya sebagai mufti tanah Jawa.
d. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Putra Sunan Ampel lahir tahun 1465. Sempat menimba ilmu ke Pasai bersama-sama Raden Paku. Beliaulah yang mendidik Raden Patah. Beliau wafat tahun 1515 M.
e. Sunan Kalijaga (Raden Syahid)
Ia tercatat paling banyak menghasilkan karya seni berfalsafah Islam. Ia membuat wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang diislamkan. Sunan Giri sempat menentangnya, karena wayang Beber kala itu menggambarkan gambar manusia utuh yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kalijaga mengkreasi wayang kulit yang bentuknya jauh dari manusia utuh. Ini adalah sebuah usaha ijtihad di bidang fiqih yang dilakukannya dalam rangka dakwah Islam.
f. Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan Bonang). Dakwah beliau terutama dalam bidang sosial. Beliau juga mengkader para da’i yang berdatangan dari berbagai daerah, antara lain dari Ternate dan Hitu Ambon.
g. Syarif Hidayatullah
Nama lainnya adalah Sunan Gunung Jati yang kerap kali dirancukan dengan Fatahillah, yang menantunya sendiri. Ia memiliki keSultanan sendiri di Cirebon yang wilayahnya sampai ke Banten. Ia juga salah satu pembuat sokoguru masjid Demak selain Sunan Ampel, Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang. Keberadaan Syarif Hidayatullah dengan kesultanannya membuktikan ada tiga kekuasaan Islam yang hidup bersamaan kala itu, yaitu Demak, Giri dan Cirebon. Hanya saja Demak dijadikan pusat dakwah, pusat studi Islam sekaligus kontrol politik para wali.
h. Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan abad ke 15 dan wafat tahun 1550 M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan Islam di daerah kudus dan sekitarnya. Ia membangun masjid menara Kudus yang sangat terkenal dan merupakan salah satu warisan budaya Nusantara.
i. Sunan Muria
Nama aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said putra Sunan Kalijaga. Beliau menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana gamelan, wayang serta kesenian daerah lainnya. Beliau dimakamkan di Gunung Muria, disebelah utara kota Kudus.
Diparuh awal abad 16 M, Jawa dalam genggaman Islam. Penduduk merasa tentram dan damai dalam ayoman keSultanan Demak di bawah kepemimpinan Sultan Syah Alam Akbar Al Fatah atau Raden Patah. Hidup mereka menemukan pedoman dan tujuan sejatinya setelah mengakhiri masa Siwa-Budha serta animisme. Merekapun memiliki kepastian hidup bukan karena wibawa dan perbawa sang Sultan, tetapi karena daulah hukum yang pasti yaitu syari’at Islam “Salokantara” dan “Jugul Muda” itulah dua kitab undang-undang Demak yang berlandaskan syari’at Islam. Dihadapan peraturan negeri pengganti Majapahit itu, semua manusia sama derajatnya, sama-sama khalifah Allah di dunia. Sultan-Sultan Demak sadar dan ikhlas dikontrol oleh kekuasaan para Ulama atau Wali. Para Ulama itu berperan sebagai tim kabinet atau merangkap sebagai dewan penasehat Sultan.
Disamping wali-wali tersebut, masih banyak Ulama yang dakwahnya satu kordinasi dengan Sunan Ampel hanya saja, sembilan tokoh Sunan Wali Sanga yang dikenal selama ini memang memiliki peran dan karya yang menonjol dalam dakwahnya.
C. Kapan dan dari mana Islam Masuk Indonesia ?
Sejarah mencatat bahwa sejak awal Masehi, pedagang-pedagang dari India dan Cina sudah memiliki hubungan dagang dengan penduduk Indonesia. Namun demikian, kapan tepatnya Islam hadir di Nusantara?
Masuknya Islam ke Indonesia menimbulkan berbagai teori. Meski terdapat beberapa pendapat mengenai kedatangan agama Islam di Indonesia, banyak ahli sejarah cenderung percaya bahwa masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke-7 berdasarkan Berita Cina zaman Dinasti Tang. Berita itu mencatat bahwa pada abad ke-7, terdapat permukiman pedagang muslim dari Arab di Desa Baros, daerah pantai barat Sumatra Utara.
Abad ke-13 Masehi lebih menunjuk pada perkembangan Islam bersamaan dengan tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Pendapat ini berdasarkan catatan perjalanan Marco Polo yang menerangkan bahwa ia pernah singgah di Perlak pada tahun 1292 dan berjumpa dengan orang-orang yang telah menganut agama Islam. Bukti yang turut memperkuat pendapat ini ialah ditemukannya nisan makam Raja Samudra Pasai, Sultan Malik al-Saleh yang berangka tahun 1297.
Jika diurutkan dari barat ke timur, Islam pertama kali masuk di Perlak, bagian utara Sumatra. Hal ini menyangkut strategisnya letak Perlak, yaitu di daerah Selat Malaka, jalur laut perdagangan internasional dari barat ke timur. Berikutnya ialah Kerajaan Samudra Pasai.
Di Jawa, Islam masuk melalui pesisir utara Pulau Jawa ditandai dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang wafat pada tahun 475 Hijriah atau 1082 Masehi di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik. Dilihat dari namanya, diperkirakan Fatimah adalah keturunan Hibatullah, salah satu dinasti di Persia. Di samping itu, di Gresik juga ditemukan makam Malik Ibrahim dari Kasyan (satu tempat di Persia) yang meninggal pada tahun 822 H atau 1419 M. Agak ke pedalaman, di Mojokerto juga ditemukan ratusan kubur Islam kuno. Makam tertua berangka tahun 1374 M. Diperkirakan makam-makam ini ialah makam keluarga istana Majapahit.
Di Kalimantan, Islam masuk melalui Pontianak yang disiarkan oleh bangsawan Arab bernama Sultan Syarif Abdurrahman pada abad ke-18. Di hulu Sungai Pawan, di Ketapang, Kalimantan Barat ditemukan pemakaman Islam kuno. Angka tahun yang tertua pada makam-makam tersebut adalah tahun 1340 Saka (1418 M). Jadi, Islam telah ada sebelum abad ke-15 dan diperkirakan berasal dari Majapahit karena bentuk makam bergaya Majapahit dan berangka tahun Jawa kuno. Di Kalimantan Timur, Islam masuk melalui Kerajaan Kutai yang dibawa oleh dua orang penyiar agama dari Minangkabau yang bernama Tuan Haji Bandang dan Tuan Haji Tunggangparangan. Di Kalimantan Selatan, Islam masuk melalui Kerajaan Banjar yang disiarkan oleh Dayyan, seorang khatib (ahli khotbah) dari Demak. Di Kalimantan Tengah, bukti kedatangan Islam ditemukan pada masjid Ki Gede di Kotawaringin yang bertuliskan angka tahun 1434 M.
Di Sulawesi, Islam masuk melalui raja dan masyarakat Gowa-Tallo. Hal masuknya Islam ke Sulawesi ini tercatat pada Lontara Bilang. Menurut catatan tersebut, raja pertama yang memeluk Islam ialah Kanjeng Matoaya, raja keempat dari Tallo yang memeluk Islam pada tahun 1603. Adapun penyiar agama Islam di daerah ini berasal antara lain dari Demak, Tuban, Gresik, Minangkabau, bahkan dari Campa. Di Maluku, Islam masuk melalui bagian utara, yakni Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Diperkirakan Islam di daerah ini disiarkan oleh keempat ulama dari Irak, yaitu Syekh Amin, Syekh Mansyur, Syekh Umar, dan Syekh Yakub pada abad ke-8.
3. TRADISI ISLAM DI NUSANTARA
A. Pengertian Tradisi
Tradisi
islam di nusantara adalah sesuatu yang
menggambarkan tradisi islam dari berbagai daerah di indonesia yang melambangkan
kebudayaan islam dari daerah tersebut.
B. Tradisi dan seni bernuansa islam di nusantara
Setiap
daerah dimana islam masuk sudah terdapat masing-masing. Ada yang merupakan
pengaruh hindu dan budha adapun tradisi asli yang sudah turun temurun. Seperti
halnya di Sumatera, di daerah lainpun para mubaligh memulai memilih
mempertahnkannya namun memberikan warna islam.
Berikut
ini beberapa tradisi Islam yang ada di Indonesia:
1. Ziarah
Ziarah
adalah kegiatan mengunjungi makam. Ziarah berkembang bersama dengan
tradisi lain. Di Jawa, misalnya pengunjung di sebuah makam melaksankan
ziarah dengan cara melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan tersebut adalah
membaca Al Quran atau kalimat syahadat dan berdoa.
2. Tahlilan
Tahlilan
adalah upacara kenduri atau selamatan untuk berdoa kepada Allah dengan membaca
surat Yasin dan beberapa surat dan ayat pilihan lainnya, diikuti
kalimat-kalimat tahlil (laailaaha illallah), tahmid (alhamdulillah) dan tasbih
(subhanallah). Biasanya diselenggarakan sebagai ucapan syukur kepada Allah SWT
(tasyakuran) dan mendoakan seseorang yang telah meninggal dunia pada hari ke 3,
7, 40, 100, 1000 dan khaul (tahunan).
Tradisi
ini berasal dari kebiasaan orang-orang Hindu dan Budha yaitu kenduri, selamatan
dan sesaji. Dalam agama islam tradisi ini tidak dapat dibenarkan karena
mengandung unsur kemusyrikan. Dalam tahlilan sesaji digantikan dengan berkat
atau laut pauk yang bisa dibawa pulang oleh para peserta. Ulama yang mengubah
tradisi ini adalah Sunan Kalijaga dengan maksud agar orang yang baru masuk
Islam tidak terkejut karena harus meninggalkan tradisi mereka, sehingga mereka
kembali ke agamanya.
3. Sekaten
Sekaten
adalah upacara untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di lingkungan
Keraton Yogyakarta atau Maulud. Selain untuk Maulud sekaten diselenggarakan
pula pada bulan Besar (Dzulhijjah). Pada perayaan ini gamelan Sekati diarak
dari keraton ke halaman masjid Agung Yogya dan
dibunyikan siang-malam sejak seminggu sebelum 12 Rabiul
Awwal. Tradisi ini dipelopori oleh Sunan Bonang. Syair lagu berisi pesan
tauhid dan setiap bait lagu diselingi pengucapan dua kalimat syahadat atau
syahadatain, kemudian menjadi sekaten. Syair lagu berisi pesan tauhid dan
setiap bait lagu diselingi pengucapan dua kalimat sahadat atau syahadatain,
kemudian menjadi sekaten. Perayaan Sekaten dikenal di Yogyakarta, Surakarta,
Jawa Timur, dan Cirebon.
4. Grebeg
Maulud
Grebek
Maulud merupakan bagian dari rangkaian acara Grebeg Keraton yang rutin diadakan
pada setiap tahunnya. Grebeg Keraton sendiri merupakan upacara adat di Daerah
Istimewa Yogyakarta yang diadakan sebagai kewajiban sultan untuk menyebarkan
serta melindungi agama Islam. Nama grebeg berasal dari peristiwa miyos atau
keluarnya dari dalam istana bersama keluarga dan kerabatnya untuk memberikan
gunungan kepada rakyatnya. Pada malam tanggal 11 Rabiul Awwal ini Sri
Sultan beserta pembesar kraton Yogyakarta hadir di masjid Agung. Dilanjutkan
pembacaan pembacaan riwayat Nabi dan ceramah agama.
5. Takbiran
Takbir
adalah seruan atau ucapan Allahu Akbar 'Allah Mahabesar': menjelang Idhul Fitri
dan Idhul Adha. Takbiran dilakukan pada malam 1 Syawal (Idul Fitri) dengan
mengucapkan takbir bersama -sama di masjid/mushalla ataupun berkeliling kampung
(takbir keliling).
6. Muludan
Muludan
adalah peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW dilakukan dengan mengadakan
Muludan. Peringatan ini dipelopori oleh Sultan Muhammad Al Fatih untuk
membangkitkan semangat pasukan Muslim pada perang Salib. Peringatan maulid Nabi
sebenarnya tidak diperintahkan oleh Nabi melainkan budaya agama semata. Di
Indonesia peringatan ini dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat, dari
Presiden sampai rakyat di desa. Kegiatan ini diisi dengan pembacaan riwayat
Nabi (Barzanji) maupun kegiatan lainnya seperti perlombaan.
7. Tabut/Tabuik
Dilaksanakan
pada hari Asyura (10 Muharram) untuk memperingati pembantaian Hasan dan Husain
bin Ali bin Abi Thalib (cucu Rasulullah) oleh pasukan Yazid bin Muawiyah di
Karbela. Dilakukan dengan mengarak usungan berwarna-warni (tabut) di pinggir
pantai kemudian dibuang ke laut lepas. Pengarakan biasanya dilaksanakan setelah
terlaksananya acara lainnya dengan menghidangkan beraneka macam hidangan
makanan. Upacara ini dilaksanakan secara turun temurun di daerah Pariaman
(Sumatera Barat) dan Bengkulu.
8. Adat
Basandi Syara
Syara Basandi
Kitabullah, Masyarakat Minangkabau dikenal kuat dalam menjalankan agama
Islam, sehingga adat mereka dipautkan dengan sendi Islam yaitu Al Quran
(Kitabullah). Adat Minangkabau kental dengan nuansa Islam sehingga melahirkan
semboyan adat basandi syara, syara basandi Kitabullah (Adat bersendikan syara
dan syara bersendikan Kitab Allah).
9. Seni
Tradisi Genjring
Seni
tradisi disini banyak ditemukan di daerah Purwokerto, dan Banyumas pada
umumnya. Di kalangan masyarakat Banyumas, kesenian ini tradisi ini lebih banyak
ynag berbasisi di mesjid. Pada masa lalu, kesenian ini cukup efektif untuk
melakukan pembinaan generasi muda, karena hampir setiap malam anak-anak muda
bertemu di mesjid. Namun saat ini kesenian ini sedikit demi sedikit mulai
ditinggalkan kaum muda, sehingga jumlahnya didominasi kaum tua (50 tahunan).
Dalam seni
tradisi islam ini, syiiran shalawat dilantunkan secara rampak dengan diiringi
tabuhan rebana, tanpa tarian. Oleh masyarakat lokal, tabuhan rebana ini disebut
genjring hal ini mungkin dimaksudkan untuk mendekati bunyi rebana yang mirip
bunyi “jring”, orang bilang “ genringan”. Seperti halnya kesenian islam lain
yang memberikan puji-pujian bagi Nabi Muhammad SAW.
Kesenian
ini di msayarakat Banyumas seringkali digunakan untuk mengarak sunatan. Dalam
prosesi ini, gengring dilakukan sambil jalan beberapa ratus meter menyambut
datangnya pengantin sunatan yang datang dari tempat disunat tersebut. Si anak
dinaikkan di becak yang telah dihias, yang kemudian dibelakangnya diikuti para
pemain genjring. Menurut keterangan masyarakat Purwokerto dan Banyumas hal ini
dimaksudkan selain untuk mnambah kemeriahan pesta, mengurangi rasa sakit pada
si anak (karena keramaian tertuju pada keramaian), juga dimaksudkan dengan
adanya hikmah dari pembacaan sholawat tersebut.
Kesenian
ini biasanya dimainkan antara 12 sampai 30 orang. Penabuh terbang bisa
bergantian dan nyanyian dilakukan secara serempak dengan menggunakan bahasa
arab.
10. Kesenian
singiran
Kesenian
ini sangat jarang ditemui karena semakin punah, seiring kemajuan jaman,
meninggalnya para pelakunya, dan sengaja di counter kelompok tertentu (islam
modern) karena dianggap ada penyimpangan dari islam. Kesenia singiran merupakan
salah satu bagian integral dari ekspresi seni tardisi umat islam. Kesenian ini
berkembang seiring dengan tradisi memperingati seribu hari kematian salah satu
warga. Jika dilihat dari isinya, seni tradisi ini berisikan nasihat-nasihat
bagi si mayat dan nasehat kebaikan bagi anak cucu yang masih hidup untuk selalu
mendoakan orang tua mereka. Kelompok kesenian ditemukan salah
satunya di daerah Tamantirto, Kasihan,Bantul,DIY. Kelompok ini
menamakan keseniannya sebagai “singir ndajaratan” yang artinya “tembang
kematian”. Selain menarasikan nasehat-nasehat kebaikan kesenian ini jud=ga dapat
dimaksudkan sebagai upaya untuk mendoakan para leluhur melalui pembacaan narasi
syiiran. Kesenian semakin digerus oleh persperktif islam modenis dan banyak
digantikan dengan tahlil dan yasianan. Kesenian ini tidak menggunakan alat
musik, namum diiringi tahlil bersma sepanjang pembacaan singir-singirnya.
Sedangkan irama atau langgam singir digunakan langgam-langgam macapat. Secara
garis besar kesenian ini diawali pembacaan tahlil, kemudian bacaan singir
secara bergantian, dan kemudian pembacaan sholawat (srokal) serta diakhiri doa.
11. Sholawat
Jawi
Kesenian
sholawat ditemuka di daerah Pleret, Bantul, dan beberapa juga sudah menyebar di
sekitar kecamatan Pleret, atau bahkan di sekitar Kabupaten Bantul. Kesenian ini
merupakan salah satu bentuk ketegasan jawanisasi kesenian islam. Kesenian yang
berkembang seiring dengan tradisi peringatan maulid nabi ini mengartikulasikan
syair atau syiiran shalawat kepada nabi Muhammad dengan medium bahasa jawa,
bahakan juga dengan melodi-melodi jawa.
Kyai soleh
yang menyebabkan tembang-tembang berbahasa jawa yang sampai saat ini tulisannya
menjadi pedoman para pelaku seni sholawat jawi, meskipun beliau sudah lama
meninggal.
12. Isra’ mi’raj Rasulullah saw.
a. Isra’ (Perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Asqha)
Sepanjang
perjalanan itu Rasulullah ditemani oleh Jibril as dan Israfil as. Tiba di
tempat-tempat tertentu, Rasulullah diarahkan oleh Jibril supaya berhenti dan
bersembahyang dua rakaat. Secara etimologis, isra’ berarti berjalan pada waktu
malam atau membawa berjalan pada waktu malam. Dalam kajian sejarah islam isra’
berarti perjalanan pribadi Nabi Muhammad saw. pada malam hari dalam waktu yang
amat singkat dari masjidil Haram di makkah ke masjidil aqsha di Yerussalem.
Tempat-tempat berkenaan adalah Madyan dan Tursian, yaitu tempat nabi Musa a.s.
berbicara dengan Allah; Baitul-Laham (tempat Nabi Isa a.s. dilahirkan).
Dalam
perjalanan tersebut juga baginda Rasulullah saw. dapat menyaksikan
peristiwa-peristiwa simbolik yang amat ajaib, diantaranya:
1)
Kaum yang
sedang bertanam dan terus menuai hasil tanaman mereka. Apabila dituai, hasil
yang baru keluar semula seolah-olah belum lagi dituai. Hal ini berlaku berulang
–ulang. Rasulullah saw. diberitahu oleh jibril : itulah kaum yang berjihad
fisabilillah yang digandakan pahala kebajikan sebanyak 700 kali ganda bahakan
sehingga gandaan yang lebih banyak.
2)
Tempat
yang berbau harum. Rasulullah saw. diberitahu oleh jibril : itulah bau kubur
Masyitah (tukang sisir rambut anak Fir’aun ) bersama suami dan anak-anknya
(termasuk bayi yang dapat bercakap untuk menguatkan iman ibunya) yang dibunuh
Fir’aun karena tetap teguh beriman kepada Allah ( tak mau mengakui Fir’aun
sebagai tuhan).
3)
Sekumpulan
orang yang sedang memecahkan kepala mereka. Setiap kali dipecahkan, kepala
mereka sembuh kembali, lalu dipecahkan pula. Demikian dilakukan berkali-kali.
Rasulullah saw. diberitahu oleh jibril : itulah orang-orang yang berat kepala
mereka untuk bersujud (sembahyang).
4)
Sekumpulan
orang yang hanya menutup kemaluan mereka dengan miecebis kain. Mereka dihalau
seperti binatang ternak. Mereka makan bara api dan batu neraka jahannam.
Rasulullah saw. diberitahu oleh jibril : itulah orang-orang yang tidak
mengeluarkan zakat harta mereka.
5)
Satu kaum,
lelaki dan perempuan, yang memakan daging mentah yang busuk sedangkan daging
masak ada disisi mereka. Rasulullah saw. diberitahu oleh jibril : itulah lelaki
dan perempuan yang melakukan zina sedangkan lelaki dan perempuan tersebut
masing-masing sudah mempunyai istri/suami.
6)
Lelaki
yang berenag dalam sungai darah dan dilontarkan batu. Rasulullah saw.
diberitahu oleh jibril : itulah orang yang makan riba.
7)
lelaki
yang menghimpun seberkas kayu dan dia tidak terdaya memikulnya, tapi ditambah
lagi kayu yang lain. Rasulullah saw. diberitahu oleh jibril : itulah orang yang
tak dapat menunaikan amanah tetapi masih menerima amanah yang lain.
8)
Satu kaum
yang sedang menggunting lidah dan bibir mereka dengan penggunting besi
berkali-kali. Setiap kali digunting, lidah dan bibir mereka kembali seperti
biasa. Rasulullah saw. diberitahu oleh jibril : itulah orang-orang yang membuat
fitnah dan mengatakan sesuatu yang dia sendiri tidak melakukannya.
9)
Kaum yang
mencakar muka dan dada mereka dengan kuku tembaga mereka. Rasulullah saw.
diberitahu oleh jibril : itulah orang yang memaka daging manusia dan
menjatuhkan martabat orang.
10) Seekor
lembu jantan yang besar keluar dari lubang yang sempit. Tak dapat dimasukinya
semula lubang itu Rasulullah saw. diberitahu oleh jibril : itulah orang yang
bercakap besar. Kemudian menyesal, tapi sudah terlambat.
11) Seorang
perempuan dengan dulang yang penuh dengan berbagai perhiasan. Rasulullah tidak
memperdulikannya. Kata jibril : itulah dunia. Jika Rasulullah memberi perhatian
kepadanya, niscaya umat islam akan mengutamakan dunia daripada akhirat.
12) Seorang
perempuan duduk di tengah jalan dan menyuruh Rasulullah berhenti. Rasulullah
saw. tidak menghiraukannya. Kata jibril : itulahorang yang menyia – nyiakan
umurnya sampai tua.
13) Tiba di
masjid Al-Aqsha, Rasulullah saw. turun dari buraq. Kemudian masuk ke dalam
masjid dan mengimami sembahyang dua rakaat dengan seluruh anbia’ dan mursalin
menjadi ma’mum.
14) Rasulullah
terasa dahaga, lalu dibawa jibril dua bejana yang berisi arak dan susu.
Rasulullah memilih susu lalu diminumnya. Kata jibril : Baginda membuat pilihan
yang betul. Jika arak dipilih, niscaya ramai umat baginda akan menjadi sesat.
b. Mi’raj
(naik ke Sidratul Muntaha)
Adapun
kata mi’raj artinya adalah tangga sebagai alat untuk naik atau semacam alat
untuk naik ari bawah ke atas, menurut istilah dalam islam mi’raj adalah
perjalanan pribadi nabi muhammad saw. naik dari alam bawah (bumi) ke alam atas
(langit), sampai ke langit ke tujuh dan sidratul muntaha.
Didatangkan
mi’raj yang indah dari syurga. Rasulullah saw. dan Jibril as. Naik ke atas
tangga
4. KEDATANGAN DAN PENJAJAHAN BANGSA
BARAT DI INDONESIA
A. Imperialisme Bangsa Barat Terhadap Dunia Islam
Kelemahan dan kemunduran dunia Islam dimanfaatkan oleh bangsa-bangsa Barat
untuk bangkit dan bergerak menuju ke arah negara-negara Islam serta menguasai
dan menjajahnya. Motivasi mereka datang ke negara-negara Islam adalah motivasi
ekonomi, politik, dan agama. Hal tersebut dapat terlihat dari cara-cara mereka
datang untuk pertama kali ke negara-negara Islam. Mereka datang dengan dalih
untuk berdagang atau mencari rempah-rempah di Timur. Akhirnya mereka terangsang
oleh keuntungan besar dan ambisi yang kuat, sehingga muncullah keinginan untuk
menguasai semua sistem ekonomi dan politik negara-negara Islam yang
dikuasainya.
Setelah bangsa Barat menguasai ekonomi dan politik negara-negara Islam,
terdapat negara Barat yang menjajah dunia Islam yang melakukan penyebaran agama
Kristen melalui missionaries atau zending. Penjajahan bangsa Barat yang di
pelopori Spanyol dan Portugis mempunyai tujuan yang hampir sama, yaitu di
samping mencari daerah penanaman modal asingnya, mereka juga berusaha
menyebarkan agama Kristen di wilayah jajahannya. Walaupun usahanya tidak
segencar yang dilakukan Spanyol dan Portugis yang bersemboyan: Gold yaitu semangat untuk mencari
keuntungan besar (emas), Glory yaitu
semangat untuk mencapai kejayaan dalam bidang kekuasaan, dan Gospel yaitu semangat menyebarkan agama
Kristen di masyarakat yang terjajah.
B. Kedatangan Bangsa Barat ke Nusantara
Pada abad ke-16 mulai terdapat suasana baru di perairan Indonesia. Selama
berabad-abad perairan Nusantara hanya di layari oleh kapal-kapal dari Indonesia
dan Asia, seperti Cina, Peru, Gujarat, Benggala, Persia, dan Arab. Tetapi sejak
abad ke-16 di perairan Nusantara muncul pelaut-pelaut dari Eropa. Kemajuan ilmu
dan teknik pelayaran, menyebabkan pelaut-pelaut Eropa itu mampu berlayar dengan
menggunakan kapal sampai perairan Indonesia
Perkembangan dan pertumbuhan Islam di Indonesia menyebabkan berdirinya
kerajaan Islam. Kemudian karena Indonesia kaya raya, maka datanglah
bangsa-bangsa Barat, di antaranya Portugis di tahun 1512, kemudian di susul
Spanyol di tahun 1521, lalu Prancis pada tahun 1529, dan Belanda pada tahun
1596, baru Inggris datang kemudian Orang Portugislah yang mula-mula muncul di Indonesia.
Kedatangan mereka disebabkan beberapa faktor yaitu dorongan ekonomi, mereka
ingin dapat keuntungan besar dengan berniaga. Mereka ingin membeli
rempah-rempah di Maluku dengan harga rendah dan menjualnya di Eropa dengan
harga tinggi. Faktor lain yaitu hasrat untuk menyebarkan agama Kristen dan melawan orang Islam. Selain itu
hasrat berpetualang yang timbul karena sikap hidup yang dinamis. Pelaut-pelaut
Portugis itu ingin melihat dunia di luar tanah airnya.
C. Reaksi Para Raja Terhadap penetrasi Barat
Sedikit perlawanan terhadap Belanda terjadi di Mataram, ketika itu pada
tahun 1618 M. Sultan Agung dapat menguasai Jawa Timur. Dan di masa
pemerintahannya kontak-kontak bersenjata antara kerajaan Mataram dengan Belanda
mulai terjadi. Di lain pihak, di Banten pada masa Abdul Fath (wafat 1651 M),
terjadi beberapa kali peperangan antara Banten dan Belanda yang berakhir dengan
disetujuinya perjanjian perdamaian tahun 1659 M.
Pada saat itu terjadi empat perlawanan terbesar dan terlama, di antaranya
adalah sebagai berikut:
1. Perang Paderi di Minangkabau
Gerakan Paderi
yang terbentuk dengan kedatangan tiga Haji terkenal dari Makkah pada awal abad
ke 19, dipengaruhi secara mendalam oleh sukses gerakan Wahabi di Arab pada masa
itu. Setelah takluknya Minangkabau akibat perang Paderi kebijakan Belanda
mencoba menahan pengaruh para guru agama dengan mengasingkan mereka sejauh
mungkin.[1][7]
Namun tak lama kemudian terjadi peperangan antara kaum adat dan Belanda.
Peperangan pertama Belanda gagal, sehingga Belanda mengajak perdamaian melalui
perjanjian pada 22 Januari 1824. Namun Belanda mengkhianatinya. Begitu pula
peperangan selanjutnya Belanda juga gagal dan mengadakan perjanjian damai 15
September 1825, namun Belanda mengkhianati lagi.
2. Perang Diponegoro
Perang Diponegoro adalah perang terbesar yang dihadapi pemerintah kolonial
Belanda di Jawa. Peristiwa yang memicu peperangan Diponegoro adalah rencana
Belanda untuk membuat jalan yang menerobos tanah milik Pangeran Diponegoro dan
harus membongkar makam. Pada tahun 1825 Pangeran Diponegoro bangkit dan
berontak melawan Belanda menggunakan taktik gerilya, dimana pasukan Belanda
dikepung oleh prajurit Pangeran Diponegoro di Yogya.
Pada tahun 1826 banyak korban berguguran di pihak Belanda dan pihak Belanda
memperkuat diri dengan membangun benteng untuk mempersempit gerak tentara
Pangeran Diponegoro. Pada tahun 1827 Pangeran Diponegoro ditawan karena beliau
membangkang untuk berunding dengan Belanda dan akhirnya tahun 1830 dibuang ke
Manado, lalu tahun 1834 pindah ke Ujung Pandang, Makasar dan meninggal dalam
usia 70 tahun pada 8 Januari 1855.[2][8]
3. Perang Banjarmasin
Perang Banjarmasin yang dipimpin oleh Pangeran Antasari dilatarbelakangi
oleh campur tangan Belanda dalam menentukan siapa yang akan menjadi Raja Muda
pengganti Sultan Adam Alwasik Billah yang sudah tua. Jabatan itu diserahkan
pada putranya bernama Abdurrahman tetapi dia tidak berumur panjang. Karena itu
ia memilih cucunya Pangeran Hidayat. Tetapi Belanda tidak menyetujui pemilihan
Sultan itu dan lebih berpihak kepada Pangeran Tamjid, cucu Sultan yang dari
seorang selir.
Pengangkatan Pangeran Tamjid menjadi Sultan menimbulkan kekecewaan
dikalangkan rakyat. Akibatnya timbul kericuhan di wilayah kerajaan Banjarmasin.
Dari kerajaan itu Belanda kembali memasuki persoalan politik untuk mengambil
keuntungan yang lebih besar. Ketika itulah perang Banjarmasin dimulai, Andresen
yang didatangkan dari Batavia menyimpulkan, bahwa Sultan Tamjid sumber
kericuhan. Dan akhirnya diturunkan dari tahta dan kekuasaannya diambil alih
oleh Belanda
Pengambilalihan kekuasaan itu mengalihkan penentangan rakyat yang semula
ditujukan untuk Sultan Tamjid menjadi kepada Belanda.
4. Perang Aceh
Pada tanggal 5 April 1873 tentara Belanda menyerang Masjid dengan 3000
personil, karena kuatnya tentara Aceh dapat direbut kembali oleh pasukan Aceh.
Dan bulan November 1873 Belanda dengan 13.000 personil mampu menguasai masjid
keraton. Setelah meninggal dunianya Sultan (1874) Belanda berunding, tetapi
tidak di tangggapi oleh Aceh, sehingga Belanda memakai strategi menunggu. Namun
terus mendapat serangan-serangan dari Aceh yang mengakibatkan sistem itu gagal.
Setelah sistem tersebut gagal, Belanda menerapkan sistem konsentrasi, kota raja
sebagai pusatnya, akan tetapi sistem ini justru memberi peluang kepada pejuang
Aceh untuk menggagalkan perang gerilya. Yang akhirnya banyak tentara Belanda
yang terbunuh.
Tahun 1890 M,
Gubernur Dey Kerhof mengajak Teuku Umar untuk berpihak kepada Belanda, akhirnya
mau dan berhasil menundukkan Mukim XXII, XXV, XXVI. Aceh besar kembali
bergejolak, ketika Teuku Umar membelot dari Belnda pada tahun 1896 dan Belanda
mekukan ofensif yang memaksa pihak Aceh melakukan defensif. Teuku Umar gugur
dalam perang ini dan digantikan Cut Nya’ Dien. Akhirnya Belanda meninggalkan
Indonesia (1942 M), karena mencoba dengan taktik menculik putra-putra Sultan,
yang akhirnya Sultan dan Panglima Polim menyerah. Namun perang terus berlanjut
terhadap Belanda walaupun perorangan maupun kelompok. Dari tahun 1903 – 1930
sering terjadi perlawanan sengit yang dipimpin Ulama’ di Pidie Aceh Tengah dan
Tenggara, Aceh Barat dan Timur.[3][10
DAFTAR PUSTAKA
Google. 2003. Perkembangan Islam Di Indonesia. Jakarta: Lembaga Studi Agama dan Filsafat UIN Jakarta.
Google. 2008. Perkembangan Islam Di Indonesia. Jakarta: saef-jaza.blogspot.com
Zuani, A. 2007. Sejarah Perkembangan Kerajaan Islam Indonesia. Jakarta: Tanggo blog
Kusuma, A. 2009. Lahirnya Islam Di Indonesia. Jakarta: Buku Sekolah
Ricklefs, A. History of Modern Indonesia Since c. 1200 , (California: Stanford University Press, 2001) h. 3
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII. (Jakarta: Prenada Media, 2005) h. 7. GWJ Drewes, New Light on the Coming of Islam in Indonesia, compiled by Ahmad Ibrahim, Sharon Siddique & Yasmin Hussain, Readings on Islam in Southeast Asia, (Singapore: Institue of Southeast Asia Studies, 1985) h. 7-19.
Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara Sejarah Wacana & Kekuasaan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999) h. 31.
Hamka, Masuk dan Berkembangnya Agama Islam di daerah pesisir Sumatra Utara, dalam Risalah Seminar Sedjarah Masuknya Islam ke Indonesia, (Medan, Panitia Seminar Sedjarah Masuknya Islam ke Indonesia, 1963) h. 91.
TW Arnold, The Preaching of Islam, A History of the Propogation of the Muslim Faith, (London: Luzac & Company, 1935) h. 363.
Arnold, The Preaching of Islam, h. 363-364.
Mahayudin Hj. Yahya & Ahmad Jelani Halimi, Sejarah Islam. (Pulau Penang: Fajar Bakti SDN.BHD, 1993) h. 559.
Sayed Alwi bin Thahir al-Haddad, Sejarah Perkembangan Islam di Timur Jauh, (Jakarta: Maktab al-Daimi, 1957) h. 21.
Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara, h. 32
Fatimi SQ, Islam Comes to Malaysia, (Singapore: Malaysian Sociological Reseach Institude, Ltd, 1963).
Syed Nagib Alatas, Preliminary Statement on a General Theory of the Islamization of Malay-Indonesian Archipelago, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1969) h. 11.
Google. 2003. Perkembangan Islam Di Indonesia. Jakarta: Lembaga Studi Agama dan Filsafat UIN Jakarta.
Google. 2008. Perkembangan Islam Di Indonesia. Jakarta: saef-jaza.blogspot.com
Zuani, A. 2007. Sejarah Perkembangan Kerajaan Islam Indonesia. Jakarta: Tanggo blog
Kusuma, A. 2009. Lahirnya Islam Di Indonesia. Jakarta: Buku Sekolah
Ricklefs, A. History of Modern Indonesia Since c. 1200 , (California: Stanford University Press, 2001) h. 3
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII. (Jakarta: Prenada Media, 2005) h. 7. GWJ Drewes, New Light on the Coming of Islam in Indonesia, compiled by Ahmad Ibrahim, Sharon Siddique & Yasmin Hussain, Readings on Islam in Southeast Asia, (Singapore: Institue of Southeast Asia Studies, 1985) h. 7-19.
Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara Sejarah Wacana & Kekuasaan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999) h. 31.
Hamka, Masuk dan Berkembangnya Agama Islam di daerah pesisir Sumatra Utara, dalam Risalah Seminar Sedjarah Masuknya Islam ke Indonesia, (Medan, Panitia Seminar Sedjarah Masuknya Islam ke Indonesia, 1963) h. 91.
TW Arnold, The Preaching of Islam, A History of the Propogation of the Muslim Faith, (London: Luzac & Company, 1935) h. 363.
Arnold, The Preaching of Islam, h. 363-364.
Mahayudin Hj. Yahya & Ahmad Jelani Halimi, Sejarah Islam. (Pulau Penang: Fajar Bakti SDN.BHD, 1993) h. 559.
Sayed Alwi bin Thahir al-Haddad, Sejarah Perkembangan Islam di Timur Jauh, (Jakarta: Maktab al-Daimi, 1957) h. 21.
Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara, h. 32
Fatimi SQ, Islam Comes to Malaysia, (Singapore: Malaysian Sociological Reseach Institude, Ltd, 1963).
Syed Nagib Alatas, Preliminary Statement on a General Theory of the Islamization of Malay-Indonesian Archipelago, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1969) h. 11.
[8][5]Dudung Abdur
Rahman, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern. (Yogyakarta:
LESFI, 2002), hlm. 341
BAB III
KESIMPULAN
Proses penyebaran islam di nusantara
termasuk Indonesia dilakukandengan cara perdagangan, perkawinan,
pendidikan, dan melalui seni dan budaya.3.
Manfaat
dari mempelajari sejarah perkembangan islam di nusantara, salah satunya yaitu
mampu membangun masjid sebagai tempat ibadah dari berbagai bentuk, dan dapat
meneladani Wali Sanga.
Adapun hikmah dari mempelajari
sejarah perkembangan islam ini yaitu Islam membawa ajaran yang berisi
kedamaian, selain itu penyebar ajaran Islam di Indonesia adalah pribadi yang
memiliki ketangguhan dan pekerja keras.
DAFTAR PUSTAKA
Hasjmy, A., Sejarah
Kebudayaan Islam di Indonesia, cet.1, Jakarta: PT. Bulan Bintang,
1990.
Murodi, Sejarah
Kebudayaan Islam, Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1994.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar